Tulisan ini sengaja penulis posting untuk memberikan pengalaman kepada para pembaca. Karena peristiwa ini merupakan pengalaman pribadi dan memang benar terjadi. Bukan untuk menjatuhkan salah satu pihak, hanya untuk memberikan pengetahuan agar ketika para pembaca memiliki pengalaman yang hampir sama dengan penulis bisa dipergunakan untuk mengantisipasi langkah apa yang sebaiknya dilakukan. Sehingga ke depan nasibmu jangan mudah untuk diombang-ambingkan oleh pihak-pihak manapun.
Peristiwa ini terjadi sekitar awal Juni yang lalu masih tahun 2021. Ketika ingin mengikuti seminar yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul. Memang perlu diketahui bahwa saya sering mengikuti kegiatan seminar seperti ini, karena bisa menambah ilmu pengetahuan juga menambah pengalaman dalam merintis dan mengembangkan desa wisata. Kebetulan juga di kampungku baru bersemangat dalam pembenahan dalam pengelolaan desa wisata tersebut.
Pandemi saat ini masih ada dan bahkan gencar-gencarnya merebak di masyarakat. Untuk itu pihak panitia melakukan test swab antigen kepada calon peserta seminar sebelum mengikuti pelatihan. Hal ini dilakukan Panitia Kegiatan untuk mengantisipasi para peserta yang terindikasi positif Covid 19. Setelah melakukan proses registrasi, kemudian menunggu antrian, maka tiba no urutan saya untuk di test swab antigen.
Saya sudah sering di test swab antigen seperti ini. Bahkan dulu pernah di swab PCR 2 kali di Puskesmas Sedayu, test swab antigen di Parahita 1 kali, dan yang ke 2 di sini. Tak ada masalah sejauh ini.
Proses pengambilan sampel selesai, lalu pulang, menunggu pemberitahuan dari pihak panitia karena otomatis akan diinformasikan lewat nomor kontak peserta. Saya merasa baik-baik saja, dan insyaAllah lulus alias Negatif, gumamku dalam hati penuh semangat.
***
Selang beberapa jam ponselku berbunyi, ada chat whatsapp dari seseorang yang belum tersimpan.
“Selamat siang, ngapunten mas Dwi Pra**** dari hasil pemeriksaan antigen
oleh Klinik *** Positif.
Mohon untuk dapat segera melakukan isolasi mandiri nggih.
Untuk hasil surat resmi dari Klinik *** menyusul nggih, sedang diproses.
Saat itu juga aku langsung kaget, kok bisa-bisanya saya divonis bahwa hasilnya Positif Covid 19. Saya otomatis langsung balas chat tersebut yang menyebutkan bahwa kok saya tidak percaya dengan hasil tersebut. Karena kondisi badan fit-fit saja dan sehat-sehat saja. Tidak ada keluhan sama sekali yang mengarah kepada gejala penyandang Covid 19. Ditambah saya selama ini bekerja dan bergaul dengan rekan-rekan juga menerapkan prokes. Selalu pakai masker, dan sering ganti setelah beberapa jam dipakai. Bawa hand sanitizer dan sering dipakai ketika mau makan dan sebagainya. Tidak lupa bawa sajadah kecil di tas ketika dipakai untuk sholat di luar rumah. Sekali lagi saya kok tidak percaya dengan hasil positif tersebut.
Saya sempat menyampaikan bahwa sebelumnya pernah di test swab antigen juga di Lab Parahita hasilnya Negatif. Lalu bertanya apakah ada kuota lagi untuk melakukan test swab antigen lagi, jujur saya tidak percaya dengan hasilnya.
Lalu dijawab oleh panitia kegiatan:
“Monggo mas bisa cek ulang secara mandiri nggih, jika masih ragu kami sarankan cek lagi test swab antigen/PCR”
“Baik, ok siap. Tunggu info dari saya, insyaAllah”
Panitia sempat chat juga:
“Mas, nanti saya diinfo untuk hasilnya, semoga negatif mas Dwi”
***
Sore hari saat itu juga langsung bergegas menuju ke RS PKU Muhammadiyah Gamping. Sebelumnya sudah melakukan browsing di internet bahwa tempat itu bisa untuk melakukan test swab antigen. Tidak memilih yang PCR karena jelas saya tidak mau mengeluarkan biaya lebih banyak. Pilih yang test swab antigen saja, saya mencoba meyakinkan diri. Lokasi tempat melakukan test swab antigen juga paling dekat dengan domisili saya saat ini. Biaya waktu itu sekitar 160 ribu saja.
Sama prosesnya seperti test swab antigen pada umumnya, dan hasilnya bisa ditunggu beberapa jam selanjutnya. Sambil menunggu hasil pemeriksaan, sambil mainkan ponsel dan cek usaha online Dipayustore dan Jual Alat Absensi di RS PKU Muhammadiyah Gamping.
Hasilnya sudah keluar, lalu saya segera buka amplopnya. Terpampang keterangan bahwa saya dinyatakan Negatif oleh pihak RS PKU Muhammadiyah Gamping. Alhamdulillah lega, langsung segera saja konfirmasi ke Panitia Kegiatan.
Hasil pemeriksaan RS PKU Muhammadiyah yang pertama hasilnya "Negatif" |
Beberapa menit mununggu jawaban dari Panitia Kegiatan, ada chat via whatsapp masuk seperti ini:
“Mas, ngapunten saya pribadi ikut senang lhamdulillah hasil antigen di tempat lain negatif. Tapi keputusan dari panitia karena ada 2 hasil berbeda di 2 klinik berbeda juga, demi kenyamanan bersama, mohon besar hati teman2 belum bisa ikut pelatihan digitalisasi pada tahun ini. Ngapunten sekali lagi.”
Ok, baiklah saya paham dengan keputusan Panitia Kegiatan. Bisa menerima alas an yang seperti itu. Saya masih penasaran lagi dengan 2 vonis yang sangat berbeda ini. Fatal sekali akibatnya dari vonis yang pertama tadi. Lalu, saya berpikir bagaimana jika mencoba test sekali lagi pakai Genose. Membaca informasi di internet hasilnya juga sangat akurat, buktinya dunia per kereta apian juga menggunakan alat ini. Bandara-bandara di Indonesia juga menggunakan alat Genose, sehingga langsung browsing untuk melakukan pemeriksaan menggunakan Genose. Biaya lebih kurang 35 ribu.
Lalu pada akhirnya saya mendapatkan informasi bahwa di RS Nur Hidayah Jetis Bantul ada pemeriksaan pakai alat Genose ini. Langsung daftar dengan menggunakan KTP aktif dan menunggu antrian. Kebetulan pada waktu itu, posisi saya sedang berada di kawasan Kapanewon Jetis Kabupaten Bantul. Sehingga keputusan melakukan pemeriksaan menggunakan Genose tepat sekali, lebih dekat.
Tiba giliran saya, terus berjalan ke kasir untuk melakukan pembayaran lebih dahulu, dibantu petugas yang sedang berjaga. Diinstruksikan untuk meniupkan beberapa hembusan nafas ke kantong plastik yang disediakan, lalu pengaitnya dikuncikan. Namun sebelumnya silakan menghirup nafas dalam-dalam sebanyak 3 kali dan dibuang perlahan, masker diangkat untuk menutup hidung dan mulut tidak tertutup masker sebentar. Selesai dalam beberapa detik, lalu menunggu hasil pemeriksaan menggunakan Genose dan hasilnya keluar.
Alhamdulillah, ternyata feeling saya benar, badanku sehat wal afiat tidak apa-apa itu. Wong saya yang paham betul dengan kondisi tubuh saya. Alasan di atas yang membuat saya tak percaya sejak awal dengan vonis Positif tersebut. Saya juga mengetahui gejala dan tanda-tanda jika Positif Covid 19.
Singkat cerita, ternyata kasus yang saya alami tidak hanya berlaku untuk diri saya sendiri. Ada teman domisili daerah Dlingo tiba-tiba chat lewat whatsapp dan mengemukakan bahwa sama persis dengan peristiwa yang saya alami, hanya saja beliau melakukan melanjutkan test swab antigen 1 di tempat lain, dan tidak melakukan Genose lagi. Jadi hanya 2 kali melakukan test swab antigen di tempat yang berbeda.
Yang pertama hasilnya Positif dan yang kedua hasilnya Negatif.
Pesan:
Jika Anda suatu saat di vonis Positif oleh hasil medis sebuah klinik, dan merasa badan tubuh anda sehat fit tidak kurang suatu apa, silakan untuk melakukan test swab antigen lagi di klinik yang berbeda. Bisa saja hasilnya akan berbeda. Setelah itu jika hasil yang didapatkan bertolak belakang dengan hasil yang pertama, yakinkan sekali lagi dengan melakukan test sekali lagi. Pakai Genose sudah cukup, karena mengingat harga test swab antigen sekitar 160 an lumayan tinggi. Hasil ini untuk memperkuat keyakinan Anda dalam bertindak selanjutnya.
Simpan sertifikat dari klinik tersebut dan ketika ada satuan petugas yang datang dan misalnya tidak percaya ceritakan kronologinya lalu perlihatkan sertifikat yang sudah Anda lakukan. InsyaAllah anda aman tidak akan di covidkan, seperti saya. Jujur saya kecewa dengan klinik yang memvonis positif saya sebelumnya.
Jaga kesehatan selalu, terapkan prokes dan selalu berpikir jernih, insyaAllah sehat.
Semoga bermanfaat.